Tak butuh banyak alasan untuk sekedar “suka”, ya, saya suka melihat ini, bisa jadi ini sebuah memorabilia yang berlebihan, karena saya membayangkan Gresik sebagai kota tua, Gresik sebagai kota lama yang banyak tercatat dalam bertumpuk-tumpuk lembar sejarah tak melupakan peninggalan yang bisa dinikmati hingga masa kekinian, tapi sayang, ini bukan kota lama Gresik, ini sebuah kota lama tepi pantai di Algorta, Spanyol.
Nampaknya saya berada di tengah kawasan kota lama Gresik, di gang-gang sempit kawasan kampung Arab, atau daerah diseputaran jalan Setia Budi, atau tengah menyusuri jalan Basuki Rachmat Gresik sampai Jalan Nyi Ageng Arem Arem. Itu terjadi hanya sekarang, dan dikemudian hari, saya hanya bisa menikmatinya dengan cara yang ironi dan tragis, hanya dengan memandangi sebuah potret mati kawasan kota tua, jauh dibenua lain, potret-potret mereka yang mampu mempertahankan bangunan tua sebagai cagar budaya tanpa ketertinggalan di tengah modernitas.
Apa kabar perda cagar budaya Gresik?, apa kabar pemerhati budaya Gresik?, apakah ia hanya proses hearing dan akhirnya mandeg?, apakah hanya dengan cara memindahkan dari meja birokrasi yang satu ke meja birokrasi yang lain kita mewariskannya?.
Recent Comments