Archive for April, 2011

Kuli Pelabuhan Gresik

Kuli pelabuhan adalah mereka yang membawa beban lautan ke daratan dan demikian sebaliknya

Mengamati kuli pelabuhan di pelabuhan Gresik itu kita menyaksikan bagaimana beban itu dialihkan meski memang terlihat tak ringan, tapi ada beban yang tak benar-benar bisa dialihkan, ia adalah beban hidup kuli pelabuhan itu sendiri, inilah potret kaum marjinal yang mencoba diabadikan oleh seorang teman lewat lensa kameranya.

Siapa yang mampu mengurangi beban kuli pelabuhan ketika penguasa hanya menganggap mereka menjadi penting ketika siklus lima tahunan itu dimulai, dengan hanya dua warna teman saya itu mencoba memberi pesan, ada sebuah amanat yang harus diangkat, ada keringat dari mereka yang dinikmati setiap pejabat, ada beban hidup yang harus dikurangi ketika kebutuhan untuk sekedar layak itu kian menjerat.

Jika tidak dengan segera dilakukan, saya berharap-harap cemas, sebuah beban lautan itu tak hanya pindah ke daratan hanya seukuran kapal.

Gerbang Batas Kota

Jika dulu gerbang sebuah wilayah dibangun menyerupai benteng dengan penjagaan, maka kini sebuah gerbang sebuah kota dibangun dengan dana yang tak lagi sedikit dan tak perlu penjagaan, meski gerbang kota lebih terkesan sekedar basa-basi.

Bagaimana gerbang kota Gresik?, sampeyan tentu tahu soal berita yang tak lagi baru itu, model gerbang kota Gresik akan mirip dengan candi Bentar yang dimiripkan dengan zaman kewalian, saya tak pernah menengok apa benar ia mirip dengan yang dimaksud dengan segala kemegahannya mengingat dengan dana meski non APBD yang tak sedikit?, barangkali benar, karena gerbang kota adalah basa-basi tak ada yang mau tahu dan peduli.

Gerbang kota akan lebih mirip sebagai simbol, sebuah kesan pertama yang akan nampak bagus dilihat, tapi terkadang ia mencoba menutupi apa yang tak baik didalamnya.

Nah, sudahkah sampeyan mengamati gerbang kota Gresik yang megah, yang mirip candi bentar dengan rekayasa zaman kewalian Sunan Giri lengkap dengan patung naga?, jangan lupa, kira-kira jumlahnya akan ada tiga.

Dari Semanggi

Karena gambar akan bercerita banyak hal

Saya mengenalnya secara kebetulan, disebuah jalan, yang pernah dianggap sebagai jalan lintas yang cepat, sebuah jalan yang samar terdengar pernah diperebutkan, karena sebuah objek yang sama kami dipertemukan, ya, seorang penjual semanggi tua di pinggir trotoar jalan.

Asli Gresik yang sekarang entah bagaimana kabarnya, blognya yang banyak berisi hasil jepretan tentang Gresik itu lama ditinggalkan, karena tuntutan pekerjaan sebagai seorang pewarta barangkali telah membawanya ke tempat yang jauh, dan kesibukan telah membuatnya lama tak memperbarui blog, ia hanya meninggalkan sederet hasil rekam jejak tentang Gresik melalui sebuah lensa dengan sedikit kata, dan akhirnya saya merasa, apa yang ia tinggalkan disana menceritakan banyak hal tentang sebuah kota yang pernah suatu ketika dalam sejarah mengalami masa kejayaannya dan sekarang berada dalam masa terburuknya.

Bagaimana merekam keadaan sosial Gresik lewat beberapa ukuran lensa barangkali bukan tanggung-jawab yang harus ia selesaikan, disini, dengan mengutip sebagian atau keseluruhan, saya ingin mengabadikan dengan cara saya tanpa harus kehilangan gambar dari lensa beresolusi tajam yang pernah ia pegang.

ps : gambar dari tovan photo

Venezia di Kali Lamong

Imajinasi bisa jadi kurang ajar, mimpi bisa jadi teramat liar, tapi tak ada yang salah dengan imajinasi tentang kali lamong bukan?.

Jika suara saya adalah suara rakyat yang tak hanya diperhitungkan ketika berada dalam bilik-bilik sempit pemilukada, jika suara saya adalah suara rakyat yang mampu memberi mandat kepada penguasa, maka ijinkan saya menugaskan kepada mereka pemegang kuasa, hentikan banjir tahunan dari kali lamong dan jadikan kali lamong layaknya Venezia.

Sampeyan akan bilang bahwa ini adalah ide gila dan ngawur, tapi bukankah kegilaan terkadang diperlukan untuk membuat kita rehat, sejenak, dan mengalihkan kegilaan kita kepada mereka, setidak-tidaknya.

Kita mesti menyadari, seperti yang saya kutip dari tulisan salah satu teman, kali atau sungai itu layaknya makhluk hidup, ketika menusia ceroboh memperlakukan sebuah kali/sungai, ia, disadari atau tidak, akan melampiaskan dendamnya, bisa dengan air bah, atau banjir bandang yang akhirnya menghancurkan segala hal.

Sejenak untuk rehat, jadikan kali lamong Gresik layaknya Venezia.

Setengah

Ini bukan soal setengah isi setengah kosong, sebuah ambiguitas yang dibenarkan dari mana saja cara sampeyan memandang ketika sebuah gelas diisi dengan setengah gelas, tapi ini soal sebuah dukung-mendukung yang setengah, tak sepenuh hati, yang berujung dengan tak mengalirnya sebuah aliran air minum sehat untuk masyarakat.

Lalu, apakah sebuah dukungan harus sepenuh-penuh hati agar sebuah permintaan warga soal air bersih itu terpenuhi?, belum tentu juga, dan tak ada sebuah jaminan kepastian, tapi begitulah yang samar yang terdengar, di Gresik, yang pinggiran, yang hampir separuh usia ia menghabiskan masa dan juga usaha disana, tapi ini sungguh terjadi, ketika dukungan kala itu tak penuh dan setengah hati akan berbuah kutukan, dan ini di Gresik, ini untuk sampeyan, yang alpa asal-muasal.


Tentang Diri

Biasa saja, dan ini adalah tempat ketika isi kepala mulai enggan mengingat. Silahkan tinggalkan pesan anda disini

Kunjungan

  • 147,399 Kunjungan

More

Subscribe in Bloglines

Powered by MyPagerank.Net

Add to Technorati Favorites

Add to Technorati Favorites

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Blogger Anti Korupsi

Berdiskusilah secara dewasa...</