Posts Tagged 'Warung kopi'

Gresik Di Linimassa

Saya hanya meneruskan ini dari seorang teman, untuk informasi lebih jauh, sampeyan bisa berkunjung ke akun facebooknya disini, dan ingat, ini ranah social daring, facebook  itu bukan satu-satunya channel untuk informasi event itu, tapi sampeyan bisa mengawali dari akun facebooknya itu.

Saya tak tahu, akan sepeti apa Gresik jika di hadapkan pada linimassa, ketika kekuatan social media sudah sedemikian hebatnya, mampu mempertahankan identitas lokal atau malah hanya tampil selayang kilas pandang dalam peradaban jaman. Tak ada penjelasan panjang lebar memang, dan saya bukan orang dibelakang layar yang punya kewenangan.

Saya bukan orang yang rajin mengikuti akun twitter, bukan tidak tertarik, tapi update informasi social media seperti bombardir tiap detik, saya hanya bisa berharap, event itu bisa meringkas infomarsi akun twitter @infogresik yang trengginas (entah dengan durasi panjang atau pendek) dalam linimasa.

Untuk memenuhi rasa penasaran, sampeyan boleh datang, gratis, dan saya hanya mendapat pesan untuk meneruskan banner ini.

PNS

Jika ia didefinisi sebagai pegawai negara, sudah sepatutnya ia tunduk dan melayani pemilik negara, yakni rakyat, sebaliknya, jika ia adalah pegawai pemerintah, mereka hanyalah abdi bagi atasannya

Saya tak hendak menyoal etos kerja, karena jika saya menyodorkan pilihan kata seperti berikut ini, santai, gila hormat, upeti, uang lelah dan seterusnya, saya yakin, saya akan memiliki teman jauh lebih banyak dibanding dengan audiens yang memilih kata bernada positive dan penuh antusiasme, itu jika audiensnya diluar mereka dan mempunyai sedikit keberanian untuk sejenak memilih dengan jujur.

Kenapa perilaku sebagian pegawai itu sudah menjadi sedemikian bobroknya?, anda tak perlu susah mencari jawaban atas pertanyaan seperti itu, karena jawabannya sudah sedemikian mengakrabi dan dekat di telinga kita semua, sedang proses, reformasi birokrasi sedan berjalan, tak semudah membalikkan telapak tangan, dan beberapa gudang kalimat lain yang kesemuanya akan bernada sama jika niat ditabuh.

Terakhir dalam postingan kali ini, saya tak hendak sepenuhnya menyematkan keburukan itu pada mereka, meskipun mengenai hal ini sedang saya usahakan dalam tulisan yang lain, saya dan sampeyan, ya, anda, masyarakat kita, bukankah ikut andil terciptanya budaya seperti itu?, meskipun teman saya yang duduk disebelah ini akan selalu membela masyarakat dengan berkata, “diberi, yang menurut mereka seikhlasnya saja masih enggan melayani dengan baik, apalagi jika ikhlas itu dalam pengertian mereka terlalu rendah untuk uang lelah, bisa sampeyan bayangkan mas, jika sama sekali enggak!”.

Saya tak hendak membayangkan seperti apa layanan pegawai pemerintah yang seharusnya hanya sebagai regulator negara itu, karena pengingat akan buruknya layanan abdi negara itu datang lebih dulu daripada tulisan ini sebagai sebuah bentuk peringatan, seperti Louis Kraar dalam Indonesia on the move, pengamat ekonomi asia selatan itu mengatakan, bahwa Indonesia tinggal menunggu waktu menjadi negara halaman belakang (back yard) bagi negara-negara Asia lainnya jika tidak segera diperbaiki budaya lembek bekerja. Senada dengan Lous Kraar, ada telaah Gunnar Myrdal, dan Gresik masih menjadi bagian dari Indonesia bukan?.

Catatan : Tulisan ini terinspirasi dari kabar jauh blokir pertemanan.

Mencoba Lagi

Ini hiatus terlama yang pernah saya lakukan, tentu ini subjektif sejauh ingatan saya, dan untuk kali ini saya tidak akan berjanji untuk selalu meng-update isi blog ini secara rutin, kesadaran saya menasehati untuk melihat kemampuan diri yang terus menunjukkan grafik penurunan.

Oh…ya, saya akan selalu punya banyak alasan kenapa tidak bisa update rutin, dan ini seperti kebiasaan saya yang akan selalu mencari pembenaran atas segenap dalih kemalasan, ditambah akses internet di rumah dengan layanan provider yang tak pernah sadar diri, meski sesekali provider itu saya dengar pernah masuk menjadi salah satu perusahaan dengan profit yang mengagumkan, dan maaf, bukankah ini adalah sebuah perampokan korporasi?.

Demi menjaga konsistensi saya nge-blog, ijinkan untuk kali ini saya akan memulai dengan menjawab komentar-komentar yang masuk di blog ini, dan saya pandang komentar itu perlu untuk saya jawab, meskipun saya pernah membuat posting tersendiri tentang kenapa saya enggan untuk mengomentari tapi tetap saja saya membaca komentar-komentar itu.

Sebelum saya memulai, ijinkan saya menyampaikan permohonan maaf saya, mumpung masih dalam suasana lebaran yang fitri. Selain permohonan maaf saya dengan harapan besar untuk dimaafkan, saya juga mohon doa agar saya bisa lebih punya banyak kesempatan untuk terus update di blog ini.

salam,

ps : gambar diambil dari sini

 

 

 

Pantai Delegan, Wisata Gresik Dahulu Dan Kini

Ini untuk sampeyan semua, yang dari sekian banyak komentar mempunyai pendapat berbeda mengenai wisata Gresik pantai Delegan, pertama kali saya menuliskannya di blog ini ber-almanak 9 Januari 2008, dan yang saya coba tampilkan untuk posting kali ini mengenai pantai Delegan Wisata Gresik adalah photo dan gambar-gambar terakhir pantai Delegan yang salah dua-nya saya ambil dari sini, tentu saja gambar dan photo terbaru dibandingkan dengan photo dan gambar yang saya ambil diseputaran 2008. Keseluruhan gambar diposting tulisan ini adalah hak sepenuhnya Penikmat Perjalanan & Wisata Indonesia itu, tanpa saya mohon ijin terlebih dahulu, dan semoga saja dijinkan.

Jika gambar dan photo menurut keyakinan kebanyakan orang akan jauh lebih bisa bicara daripada kata-kata, maka, sampeyan bisa dengan lebih teliti mengunjungi The Aroengbinang Travelog itu untuk setidaknya menilai sejauh mana pengembangan potensi wisata daerah oleh pemerintah Gresik selama 4(empat) tahun semenjak 2008 sampai dengan 2012. Selamat mencatat dan menikmati setiap perjalanan wisata sampeyan.

Gresik Kota Tua

Tak butuh banyak alasan untuk sekedar “suka”, ya, saya suka melihat ini, bisa jadi ini sebuah memorabilia yang berlebihan,  karena saya membayangkan Gresik sebagai kota tua, Gresik sebagai kota lama yang banyak tercatat dalam bertumpuk-tumpuk lembar sejarah tak melupakan peninggalan yang bisa dinikmati hingga masa kekinian, tapi sayang, ini bukan kota lama Gresik, ini sebuah kota lama tepi pantai di Algorta, Spanyol.

Nampaknya saya berada di tengah kawasan kota lama Gresik, di gang-gang sempit kawasan kampung Arab, atau daerah diseputaran jalan Setia Budi, atau tengah menyusuri jalan Basuki Rachmat Gresik sampai Jalan Nyi Ageng Arem Arem. Itu terjadi hanya sekarang, dan dikemudian hari, saya hanya bisa menikmatinya dengan cara yang ironi dan tragis, hanya dengan memandangi sebuah potret mati kawasan kota tua, jauh dibenua lain, potret-potret mereka yang mampu mempertahankan bangunan tua sebagai cagar budaya tanpa ketertinggalan di tengah modernitas.

Apa kabar perda cagar budaya Gresik?, apa kabar pemerhati budaya Gresik?, apakah ia hanya proses hearing dan akhirnya mandeg?,  apakah hanya dengan cara memindahkan dari meja birokrasi yang satu ke meja birokrasi yang lain kita mewariskannya?.

Masa Tua

Bagi sampeyan yang memilih Gresik sebagai kota pilihan terakhir untuk mengistirahatkan jiwa yang lelah dan tubuh yang semakin keropos digerus usia, ada baiknya sampeyan melakukan negosiasi ulang dengan niatan sampeyan tersebut. Alih-alih mendapat ketenangan, sampeyan malah jauh dibikin ribet dengan segala ketidakberdayaan di hari tua.

Jika Gresik sebagai kawasan industri itu tidak mengenal hari libur sebagai jeda dan sedikit sekali upaya menghijaukan kawasan lain, adakah sebuah jaminan dari langit bahwa udara yang kita masukkan paru-paru dengan susah payah itu adalah udara bersih yang sangat dibutuhkan tubuh diusia senja, ini belum persoalan air bersih yang secara nyata-nyata dibutuhkan, tapi tak jelas mana ujung mana pangkal, belum lagi soal harga-harga makanan pokok yang mahal, yang konon katanya jauh lebih mahal dari Surabaya, padahal Gresik hanyalah sebagai kota penyangga.

Bencana adalah soal lain selain persoalan yang saya sebutkan diatas, seperti banjir tahunan, yang dari rezim pendahulu sampai penguasa berikutnya, penyelesainnya hanya dengan saling menyalahkan dan bicara di koran, maka sampeyan layak memperhitungkan letak geografis wilayah yang akan sampeyan tinggali di hari tua itu, bebas banjir atau langganan banjir.

Terakhir, yang tak kalah jauh lebih pentingnya adalah sarana kesehatan. Untuk uang satu ini saya percaya, bahwa sampeyan sudah memperhitungkan dengan baik dan benar, dan tentu saja tidak mengabaikan hal lain yang sudah sangat sedikit saya sebut diatas.

Apa yang sampaikan ini bukanlah upaya untuk menghalang-halangi niat sampeyan yang sudah dipikirkan bertahun-tahun dengan menimbang segala hal baik dan buruk, ini hanya sekedar upaya mengingatkan, bagaimana menjadikan Gresik tak hanya sebagai kota Industri, tapi sebagai sebuah kota yang layak huni.


Tentang Diri

Biasa saja, dan ini adalah tempat ketika isi kepala mulai enggan mengingat. Silahkan tinggalkan pesan anda disini

Kunjungan

  • 147,422 Kunjungan

More

Subscribe in Bloglines

Powered by MyPagerank.Net

Add to Technorati Favorites

Add to Technorati Favorites

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Blogger Anti Korupsi

Berdiskusilah secara dewasa...</