Lama sudah saya tak bertemu teman saya ini, lebih tepatnya, sudah jarang saya menghabiskan bercangkir-cangkir kopi dan rokok hanya untuk ngobrol tentang Ibrahim sebagai muara, yang akhirnya orang boleh mempunyai perspektif yang berbeda seperti sekarang ini.
Ah kita memang sama-sama bodoh yang dipenuhi dengan segudang kegundahan, hanya sekedar melepaskan beban dan sejuta kata tanya, kita sering membuang waktu kita dari nongkrong sore sampai menjelang subuh, meskipun tak jarang hampir semua tak terjawab.
Sampean memang senang bergulat dengan pikiran, dan untungnya, kelebihan sampean itulah yang sedang saya tunggu dari dulu sampai sekarang, sampai kemudian sampean ngomong ke saya “Bang! saya sudah siapkan satu lagu, free, terserah sampean, mau diapakan, tentang Ibrahim sebagai muara, tentang soekarno yang meneriakkan insan kamil dan tentang kita yang sedang ngiler dan keblinger“.
Ya, pikiran saya ndak nutut sampai kesana, mungkin saya ini ndak percaya tentang hidup yang lebih dari sekedar urusan membuncitkan perut.
Recent Comments